A.
Latar Belakang aliran Filsafat
Progresivisme
Gerakan
yang terbentuk di Eropa dan Amerika Utara pada akhir abad ke-19 sebagai reaksi
terhadap dugaan formalisme sempit dan pendidikan tradisional. A main objective was to educate the "whole
child" — that is, to attend to physical and emotional as well as
intellectual growth. Sebuah Tujuan utama adalah untuk mendidik
"seluruh anak" - yaitu, untuk menghadiri fisik dan emosional serta
pertumbuhan intelektual. Creative and manual arts
gained importance in the curriculum, and children were encouraged toward experimentation
and independent thinking. Kreatif dan manual yang diperoleh seni penting
dalam kurikulum, dan anak-anak didorong ke arah eksperimentasi dan pemikiran
independen. Progressive educational ideas and
practices were most powerfully advanced in the US by John
Dewey . See also Summerhill
School .
Pendidikan progresif gagasan dan praktik-praktik maju paling kuat di Amerika
Serikat oleh John
Dewey.
Progresifisme
muncul di amerika serikat tahunn 1970 yang
diperkenalkan oleh Francis W. Parker. Aliran ini muncul atas dasar
kritik terhadap sistem pendidikan tradisional yang sangat kaku, menuntut
disiplin, ketat dan menutut subyek didikmenjadi pasif. Gerakan pembaharu yang
sudah ada sejak awal abat XIX itu mendapatkan angin segar pada abad XX dengan
munculnya filsafat prakmatisme. Filsuf danjuga pendidik yang bernamaJhon dewey
berusaha menjalin pendidikan progresif dan prakmatise.
Selaras
dengan pandangan orang-orang prakmatisme bahwa realitas itu terus-menerus
beubah, aliran progresifisme berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses
penggalian pengalaman secara terus-menerus. Pendidikan haruslah siap sedia
untuk meng u bah metode dan kebijakanya
ddalam mengikuti perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan perubahan lingkungan
atau sosial. inti pendidikan tidak terletak pada usaha penyesuaian dengan
masyarakat atau dunia luar sekolah , dan juga tidak terletak pada usaha untuk
menyesuaikan dengandengan standatr kebaikan, kebenaran dan keindahan yang
abadi, melainkan pada usaha untuk terus-menerus merekontruksi (Menyusun
kembali) pengaaman hidup, seperti yang dirumuskan olh Jhon dewey: “Demikian kita telah sampai pada rumusan
teknis tentang pendidikan, yakni rekontruksi dan reorganisasi pengalaman dengan
menambahkan makna pada pengalaman tersebut dan menambah kemampuan untuk
mengarahkan jalan kemampuan tersebut.”
B. Konsep-Konsep Dasar Progresivisme
Untuk merealisasikanharapan dan tujuan tetrsebut,
Rekontruksiolisme mendasarkan diri pada konsep yang antara lain seperti yang
dirimuskan oleh George F. Knnneller bahwa prinsip-prisip mendasar progresivisme
dapat dirincikan menjadi enam:
Pertama,
pendidikan harus lebih “aktif” dan berkaitan dengan minat anak. Artinya progresivisme menekankan perlunya meruskan
pendidikan pada anak sebagaimana adanya.
Kedua,
belajar melalui pemecahan masalah mesti menggantikan cara belajar yang
menekankan penerimaaan bahan jadi. Artinya
progresivisme menolak pandangan tradisional
yan gmenyatakan belajar secara hakiki terjadi melalui penerimaan
pengetahuan dimengerti sebagi bahan abstrak yangg dimasukan guru kedalam benak
anak. Menurut progresivisme pengetahuan merupakan alat untuk mengolah pengalama.
Dengan kata lain kita harus bisa berbua sesuatu dengan pengetahuan trsebut.
Ketiga,
Pendidikan mestimrupakan hidup sendiri dan bukan hanya suatu untuk hidup. Artinya semua hidup yang dinalar merupakan merupakan
suatu kgiatan belajar karena hal itu melibatkan penafsiran dan penataankembali
pengalaman.maka dari itu seklah perlu dijadikan tempat anak belajaruntuk hidup
secara ritis dan bernalar. Sekolah mesti menempatkan anak didik dalam situsi
belajar sesuai dengan umur ddan menujuk pada hal-hal kiranyaakan dihadapi dalam
hidupya sebagai orang dewasa.
Keempat.
Perananan guru lebih pada kependampingan dan penasihat dai pada penentu pokok. Artinya minat dan kebutuhan anak didiklahyang mesti
menjadi pementu pokol dalam apa yang semestinya ia pelajari. Anak-anak harus
dibimding untuk merencanakan kegiatan belajar mereka, guru menyediakan failitas
engan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas untuk mereka
gunakan dan apa bila menemui kemacetann guru perlu menolong.
Kelima,
sekolah harus mendorong adanya kerja sama diantara murit-murit dan bukan
persaingan. Maksunya adalah
manusia pada dasrnya makluk sosial dan mendapatkan kepuasan terbesar dari
hubungan-hubungan mereka satu sama lain .kaum pprogresf yakin bahwa prtemanan
lebih cocok untuk pendidikan ketimbang persaingan dan semangat mengajar sukses
pribadi. Halini karena pertemuan lebih dapat mengembangkan segi yang lebih
tinggi sebagai manusia, sebagai makluk yang berbudaya pada faktanya peserta
didik lebih senang bekerja secara kolektif dibandingkan bekerja sama
individual.
Keenam, demokrassi memungkinkan dan mendorong adanya
percaturan bebas gagasan dan percaturan macam-macam pribadi yang meupakan
syarat penting untuk pertumbuhan. Maksudnya para kaum progresif kerja sama dan
demokrasi saling mengandaikan. Secara ideal, demokrasi demokrasi merupakan
pengaalaman yang di jalani bersama seperti yang dinyatakan oleh Dewey “suatu demokrasi itu lebih daripada suatu
bentuk pemerintahan. Demokrasi pertama-tama merupakan bentuk kehidupan bersama
, suatu pengalaman komunikatif yang digabungkan.
Pengalaman yang dimiliki dan dibagi bersama merupakan
syarat bagi adanya pertumbuhan menuntut adanya pendidikan. Dengan demikian
demokrasi pertumbuhan dan pendidikan saling beraitan. Kaum progresif tidak
setuju sekolah dijadikan sebagai tempat atau agen untuk mendoktrin
sisw/mahasiswa telibat dalam kegiatan sosial politik. Menurut progresifisme ,
karena kalau itu terjadi berarti memilih bentuk pendidikan yang otoriter
progresifisme menolak akan hal yang demikian itu.
C. Kritik
tehadap progresifisme
Terdapat
beberapa poin yang menjaadi sasaran kritik
tekit denggan konsep pendidikan yang ditawarkan oleh progresifisme.
Pertama, koonsep
pertumbuhan berdasarkas aktifitas diri anak merupakan konsep yang kabur .
progresifisme seperti subah kita lihat menekankan pendidikan yang berpusat pada
anak. Menurut pengmat aliran ini , aktifitas diri anak akan membawa pda arah
pertumbuhan dan perbaikan dari diri mreka. Tetapi apa artinya pertumbuhan atau
perbaikan jika aliran progresisme melonak adanya tujuan akhir tertentu dari
aktivitas diri anak. Tanpa adanya tujuan akhir tertentu tentang tujuan konsep
pertumbuhan, kemajuan ataupun perbaikan mnjadi suatu konsep yang kaburdan tidak
jelas untuk di ukur tingkat kberhasilanya. Membandingkan dengan pengalaman masa
lalu saja belumlah begitu cukup untuk melihat apakah suatu langkah merupakan
pertumbuhan , kemajuan atau perbaikan.
Kedua, prinsip
bahwa anak harus dididik sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri serta
guru berfungsi sebagai pendamping merupakan prinsip yang tidak realistis
Ketiga, pernyataan progresifisme yang menyatakan
bahwa cara belajar dengan memecahkan masalah yang secara langsung di alami oleh
anak merupakan cara belajar yang paling
efektif tidak berlaku secara mutlak. Permasalahanya pemenuhan kebutuhan dan
pemecahan masalah yang secara de facto dihadapi anak pada waktu dan tempat
tertentu itu merupakan suatu yang secara objektifcukup penting serta akan ber[engaruh besar pada kemampuan belajar
anak tersebut tidak bisa diprediksi.
Jeempat, tidak
ada kaitan langsung antara antara sistem pendidikan progresif dengan demorasi.
Dengan menekankan pentingnya kebebasan
bagi anak untuk berekpresi dan mengembagkan diri sesuai dengan minat dan
bakatnya serta pentingnya pengaturan kehidupan sekolah ecara emokrasi.
Progresif memang menunjang perkembangan sistem demokrasi dalam masyarakat akan
tetapi pengharggaan terhhadap nilai-nilai demokrai bukanlah monopoli sistem
pendidikan progresif. Perlu diingat
bahwa aliran-aliran filsafat pendidikan yang lain seperti perrenialisme
dan esensialisme yang oleh progresifisme dicab konservatifpun mengargai dan
memperjuangkan nilai-nilai demokrasi. Masalahnya konsep demokrasi itu sendiri
mempunyai pengertian yang luas dan memungkinkan adanya macam-macam penafsiran
dari sistem pemikiran yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Thohib Ismail. 2008. Wacana Baru Pendidikan. Yogyakarta
Bertens.
1975. Sejarah Filsafat. Yogyakarta:Kanisius
Hasbulah
Bakry. 1961. Di Sekitar Filsafat Islam. Solo :AB Siti Syamsiah
Pringgodidgo. 1972. Ensiklopedia
umum. Yogyakarta : Kanisius