Total Tayangan Halaman

Senin, 30 Januari 2012

PROGRESIVISME EDUCATION


A.    Latar Belakang aliran Filsafat Progresivisme
         Gerakan yang terbentuk di Eropa dan Amerika Utara pada akhir abad ke-19 sebagai reaksi terhadap dugaan formalisme sempit dan pendidikan tradisional. A main objective was to educate the "whole child" — that is, to attend to physical and emotional as well as intellectual growth. Sebuah Tujuan utama adalah untuk mendidik "seluruh anak" - yaitu, untuk menghadiri fisik dan emosional serta pertumbuhan intelektual. Creative and manual arts gained importance in the curriculum, and children were encouraged toward experimentation and independent thinking. Kreatif dan manual yang diperoleh seni penting dalam kurikulum, dan anak-anak didorong ke arah eksperimentasi dan pemikiran independen. Progressive educational ideas and practices were most powerfully advanced in the US by John Dewey . See also Summerhill School . Pendidikan progresif gagasan dan praktik-praktik maju paling kuat di Amerika Serikat oleh John Dewey.
Progresifisme muncul di amerika serikat tahunn 1970 yang  diperkenalkan oleh Francis W. Parker. Aliran ini muncul atas dasar kritik terhadap sistem pendidikan tradisional yang sangat kaku, menuntut disiplin, ketat dan menutut subyek didikmenjadi pasif. Gerakan pembaharu yang sudah ada sejak awal abat XIX itu mendapatkan angin segar pada abad XX dengan munculnya filsafat prakmatisme. Filsuf danjuga pendidik yang bernamaJhon dewey berusaha menjalin pendidikan progresif dan prakmatise.
Selaras dengan pandangan orang-orang prakmatisme bahwa realitas itu terus-menerus beubah, aliran progresifisme berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses penggalian pengalaman secara terus-menerus. Pendidikan haruslah siap sedia untuk meng  u bah metode dan kebijakanya ddalam mengikuti perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan perubahan lingkungan atau sosial. inti pendidikan tidak terletak pada usaha penyesuaian dengan masyarakat atau dunia luar sekolah , dan juga tidak terletak pada usaha untuk menyesuaikan dengandengan standatr kebaikan, kebenaran dan keindahan yang abadi, melainkan pada usaha untuk terus-menerus merekontruksi (Menyusun kembali) pengaaman hidup, seperti yang dirumuskan olh Jhon dewey: “Demikian kita telah sampai pada rumusan teknis tentang pendidikan, yakni rekontruksi dan reorganisasi pengalaman dengan menambahkan makna pada pengalaman tersebut dan menambah kemampuan untuk mengarahkan jalan kemampuan tersebut.”

B.     Konsep-Konsep Dasar Progresivisme

Untuk merealisasikanharapan dan tujuan tetrsebut, Rekontruksiolisme mendasarkan diri pada konsep yang antara lain seperti yang dirimuskan oleh George F. Knnneller bahwa prinsip-prisip mendasar progresivisme dapat dirincikan menjadi enam:
Pertama, pendidikan harus lebih “aktif” dan berkaitan dengan minat anak. Artinya progresivisme menekankan perlunya meruskan pendidikan pada anak sebagaimana adanya.
Kedua, belajar melalui pemecahan masalah mesti menggantikan cara belajar yang menekankan penerimaaan bahan jadi. Artinya progresivisme menolak pandangan tradisional  yan gmenyatakan belajar secara hakiki terjadi melalui penerimaan pengetahuan dimengerti sebagi bahan abstrak yangg dimasukan guru kedalam benak anak. Menurut progresivisme pengetahuan merupakan alat untuk mengolah pengalama. Dengan kata lain kita harus bisa berbua sesuatu dengan pengetahuan trsebut.
Ketiga, Pendidikan mestimrupakan hidup sendiri dan bukan hanya suatu untuk hidup. Artinya semua hidup yang dinalar merupakan merupakan suatu kgiatan belajar karena hal itu melibatkan penafsiran dan penataankembali pengalaman.maka dari itu seklah perlu dijadikan tempat anak belajaruntuk hidup secara ritis dan bernalar. Sekolah mesti menempatkan anak didik dalam situsi belajar sesuai dengan umur ddan menujuk pada hal-hal kiranyaakan dihadapi dalam hidupya sebagai orang dewasa.
Keempat. Perananan guru lebih pada kependampingan dan penasihat dai pada penentu pokok. Artinya minat dan kebutuhan anak didiklahyang mesti menjadi pementu pokol dalam apa yang semestinya ia pelajari. Anak-anak harus dibimding untuk merencanakan kegiatan belajar mereka, guru menyediakan failitas engan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas untuk mereka gunakan dan apa bila menemui kemacetann guru perlu menolong.
Kelima, sekolah harus mendorong adanya kerja sama diantara murit-murit dan bukan persaingan. Maksunya adalah manusia pada dasrnya makluk sosial dan mendapatkan kepuasan terbesar dari hubungan-hubungan mereka satu sama lain .kaum pprogresf yakin bahwa prtemanan lebih cocok untuk pendidikan ketimbang persaingan dan semangat mengajar sukses pribadi. Halini karena pertemuan lebih dapat mengembangkan segi yang lebih tinggi sebagai manusia, sebagai makluk yang berbudaya pada faktanya peserta didik lebih senang bekerja secara kolektif dibandingkan bekerja sama individual.
Keenam, demokrassi memungkinkan dan mendorong adanya percaturan bebas gagasan dan percaturan macam-macam pribadi yang meupakan syarat penting untuk pertumbuhan. Maksudnya para kaum progresif kerja sama dan demokrasi saling mengandaikan. Secara ideal, demokrasi demokrasi merupakan pengaalaman yang di jalani bersama seperti yang dinyatakan oleh Dewey  “suatu demokrasi itu lebih daripada suatu bentuk pemerintahan. Demokrasi pertama-tama merupakan bentuk kehidupan bersama , suatu pengalaman komunikatif yang digabungkan.
Pengalaman yang dimiliki dan dibagi bersama merupakan syarat bagi adanya pertumbuhan menuntut adanya pendidikan. Dengan demikian demokrasi pertumbuhan dan pendidikan saling beraitan. Kaum progresif tidak setuju sekolah dijadikan sebagai tempat atau agen untuk mendoktrin sisw/mahasiswa telibat dalam kegiatan sosial politik. Menurut progresifisme , karena kalau itu terjadi berarti memilih bentuk pendidikan yang otoriter progresifisme menolak akan hal yang demikian itu.


C.    Kritik tehadap progresifisme
Terdapat beberapa poin yang menjaadi sasaran kritik  tekit denggan konsep pendidikan yang ditawarkan oleh progresifisme.
Pertama, koonsep pertumbuhan berdasarkas aktifitas diri anak merupakan konsep yang kabur . progresifisme seperti subah kita lihat menekankan pendidikan yang berpusat pada anak. Menurut pengmat aliran ini , aktifitas diri anak akan membawa pda arah pertumbuhan dan perbaikan dari diri mreka. Tetapi apa artinya pertumbuhan atau perbaikan jika aliran progresisme melonak adanya tujuan akhir tertentu dari aktivitas diri anak. Tanpa adanya tujuan akhir tertentu tentang tujuan konsep pertumbuhan, kemajuan ataupun perbaikan mnjadi suatu konsep yang kaburdan tidak jelas untuk di ukur tingkat kberhasilanya. Membandingkan dengan pengalaman masa lalu saja belumlah begitu cukup untuk melihat apakah suatu langkah merupakan pertumbuhan , kemajuan atau perbaikan.
Kedua, prinsip bahwa anak harus dididik sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri serta guru berfungsi sebagai pendamping merupakan prinsip yang tidak realistis
Ketiga,  pernyataan progresifisme yang menyatakan bahwa cara belajar dengan memecahkan masalah yang secara langsung di alami oleh anak  merupakan cara belajar yang paling efektif tidak berlaku secara mutlak. Permasalahanya pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah yang secara de facto dihadapi anak pada waktu dan tempat tertentu itu merupakan suatu yang secara objektifcukup penting serta  akan ber[engaruh besar pada kemampuan belajar anak tersebut tidak bisa diprediksi.
Jeempat, tidak ada kaitan langsung antara antara sistem pendidikan progresif dengan demorasi. Dengan menekankan pentingnya kebebasan  bagi anak untuk berekpresi dan mengembagkan diri sesuai dengan minat dan bakatnya serta pentingnya pengaturan kehidupan sekolah ecara emokrasi. Progresif memang menunjang perkembangan sistem demokrasi dalam masyarakat akan tetapi pengharggaan terhhadap nilai-nilai demokrai bukanlah monopoli sistem pendidikan progresif. Perlu diingat  bahwa aliran-aliran filsafat pendidikan yang lain seperti perrenialisme dan esensialisme yang oleh progresifisme dicab konservatifpun mengargai dan memperjuangkan nilai-nilai demokrasi. Masalahnya konsep demokrasi itu sendiri mempunyai pengertian yang luas dan memungkinkan adanya macam-macam penafsiran dari sistem pemikiran yang berbeda-beda.





DAFTAR PUSTAKA
Thohib Ismail. 2008. Wacana Baru Pendidikan. Yogyakarta
Bertens. 1975. Sejarah Filsafat. Yogyakarta:Kanisius
Hasbulah Bakry. 1961. Di Sekitar Filsafat Islam. Solo :AB Siti Syamsiah
Pringgodidgo. 1972. Ensiklopedia umum. Yogyakarta : Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar